Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.(QS. Lukman: 12)

Cukup banyak tafsiran para ulama mengenai kata hikmah pada ayat ini. Namun mayoritas ulama berpendapat bahwa makna hikmah pada ayat ini adalah kepahaman dan logika. Mantap dalam ucapan dan perbuatan.

Menurut Syaikh As-Sa’di, “Hikmah akan membuahkan ilmu, bahkan amalan. Oleh karenanya, hikmah ditafsirkan dengan ilmu yang bermanfaat dan amalan sholeh. Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Hikmah adalah ilmu yang benar dan pengetahuan akan berbagai hal dalam Islam. Orang yang memiliki hikmah akan mengetahui rahasia-rahasia di balik syari’at Islam. Jadi orang bisa saja ‘alim (memiliki banyak ilmu), namun belum tentu memiliki hikmah.” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Nikmat hikmah adalah nikmat yang besar, Allah azza wa jalla berfirman:

وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا

Barang siapa yang diberi oleh Allah Al-Hikmah, maka ia telah betul-betul diberi kebaikan yang banyak. QS: Al-Baqoroh: 114

Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada Luqman untuk bersyukur kepada-Nya atas nikmat hikmah tersebut. Kemudian Allah mengingatkan Luqman bahwa,

وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

“Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri”.

Ibnu Katsir menjelaskan, “Barangsiapa yang bersyukur, maka manfaat dan pahalanya akan kembali pada dirinya sendiri. Sebagaimana Allah Ta’ala juga berfirman,

وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ

“Dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS. Ar Rum: 44). (Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).

Sebaliknya barangsiapa yang mengingkari nikmat atau enggan bersyukur,

وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

“dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.(QS. Lukman: 12).

Maksudnya, Allah itu Maha Kaya, tidak membutuhkan hamba-Nya. Jika hamba tidak bersyukur, maka hal itu tidak akan membuat Allah terluka. Jika seluruh penduduk di muka bumi kufur, maka Allah tidak akan bergantung pada yang lainnya. Laa ilaha illallah, tidak ada yang berhak disembah selain Allah (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).

Terkait hal ini Allah menjelaskan qayyumiyyah-Nya di dalam hadits Qudsi:

يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا

“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, baik kalangan manusia maupun jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, maka itu tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, baik kalangan manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, maka itu tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577).

Para ulama menjelaskan bahwa seseorang dikatakan bersyukur apabila ia memenuhi 3 rukun syukur:
(1) mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati),
(2) membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan
(3) menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badannya).

Kesimpulan:
Ayat dari surat Lukman di atas mengajarkan kepada kita untuk bersyukur atas berbagai macam nikmat, lebih-lebih lagi dengan nikmat kepahaman terhadap agama. Dengan syukur, Allah akan menambahkan nikmatnya kepada kita. Allah azza wa jalla berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” (QS. Ibrahim: 7). Al

Hasan Al Bashri mengatakan, “Barangsiapa bersyukur kepada Allah atas berbagai macam nikmat yang dianugerahkan, Allah akan menjadikannya semakin taat.” Maqotil berkata, “Barangsiapa yang mengesakan Allah dalam syukur, maka Allah akan memberikan baginya kebaikan di dunia.” (Lihat Zaadul Masiir, 4: 347).

Begitu pula terhadap nikmat yang terlihat kecil dan sepele, syukurilah. Sebab bila nikmat kecil saja tidak bisa disyukuri, bagaimana lagi dengan nikmat yang besar.

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)

Wallahu a’lam..

Selamat bersyukur..

Baarakallahu fiikum..

✍🏻 Ibnu Abdillah Al-Madiiny