Mari buka Mushaf masing-masing. Tepatnya pada Surah Ali Imran ayat:1
Allah azza wa jalla berfirman:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون
“Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlahkalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. (QS: Ali Imran: 103)
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tali Allah ialah janji Allah. Sebagaimana yang disebutkan pada ayat selanjutnya, yaitu firman-Nya yang berbunyi:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. (Ali Imran: 112)
Yakni janji dan jaminan. Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud ialah Al-Qur’an. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Al-Haris Al-A’war, dari sahabat Ali secara marfu' mengenai sifat Al-Qur’an, yaitu: “Al-Qur’an adalah tali Allah yang kuat dan jalan-Nya yang lurus.
Ibnu Mardawaih meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:” Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali Allah yang kuat. Dia adalah cahaya yang jelas, dia adalah penawar yang bermanfaat, perlindungan bagi orang yang berpegang kepadanya, dan keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuknya”.
Selain menyuruh kaum muslimin agar berpegang teguh dengan tali-Nya yang kuat, di dalam ayat ini Allah azza wa jalla kemudian memerintahkan mereka supaya menetapi jamaah (kesatuan) dan melarang mereka dari bercerai-berai. Perintah di atas dikuatkan oleh sabda nabi-Nya yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian dalam tiga perkara dan murka kepada kalian dalam tiga perkara. Allah ridha kepada kalian bila kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, bila kamu sekalian berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai-berai, dan bila kalian saling menasihati dengan orang yang dikuasakan oleh Allah untuk mengurus perkara kalian. Dan Allah murka kepada kalian dalam tiga perkara, yaitu qil dan qal (banyak bicara atau berdebat), banyak bertanya dan menyia-nyiakan (menghambur-hamburkan) harta.
Perintah tersebut kemudian disusul oleh perintah untuk mengingat karunia-Nya berupa persaudaraan dan persatuan di atas Islam. Allah azza wa jalla berfirman,
وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً
" Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah itu sebagai orang-orang yang bersaudara. (Ali Imran: 103), hingga akhir ayat.”
Konteks ayat ini berkaitan dengan keadaan kabilah Aus dan kabilah Khazraj, di mana pada masa jahiliah peperangan sering terjadi di antara mereka. Kedengkian, permusuhan dan pertentangan yang keras di antara mereka menyebabkan meletusnya perang yang berkepanjangan. Ketika Islam datang dan sebagian orang di antara mereka memeluk islam, maka jadilah mereka sebagai saudara yang saling mengasihi berkat keagungan Allah. Mereka dipersatukan oleh agama Allah dan saling membantu dalam kebajikan dan ketakwaan.
Hal ini disinggung oleh Allah azza wa jalla dalam firman-Nya yang berbunyi:
“Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. (Al-Anfal: 62-63)
Ayat ini juga mengingatkan kepada kita untuk terus bersyukur atas nikmat hidayah yang dianugerahkan kepada kita. Dimana dengan hidayah tersebut, Allah merubah kehidupan kita menjadi lebih baik dan menyelamatkan kita dari jurang neraka setelah sebelumnya hampir saja kita tergelincir kedalamnya. Tidak hanya itu, Allah azza wa jalla bahkan mengaruniakan kepada kita sahabat-sahabat sholeh yang diharapkan syafaatnya pada hari kiamat nanti atas izin Allah azza wa jalla.
Ya Allah…
Satukanlah kaum muslimin di atas kitab-Mu dan sunnah nabi-Mu.
Amiin
Wallahu a’lam
✍🏻Ibnu Abdillah Al-Madiiny
@act_elgharantaly