Namanya bapak Miftahul Fattah, beliau berasal Jawa Timur. Sudah beberapa hari ini kami selalu bertemu di sufroh yang tak jauh dari pelataran Ka’bah. Saya perhatikan beliau mengkhatamkan Al-Qur’an setiap dua hari sekali. Hafalannya sangat tajam sehingga membuat orang-orang disekitar kami ta’jub dan menaruh hormat pada beliau.
Sayapun memberikan diri untuk bertanya; .
+: Izin bertanya yai… Bagaimana cara yai dulu menghafal Al-Qur’an..? .
-: Saya menghafalnya sedikit demi sedikit, tidak sekaligus banyak.
Istri saya yang membantu saya menghafal Al-Qur’an. Alhamdulillah sewaktu muda saya konsisten setoran kepada istri, lama-lama hafal juga.
+: Saya lihat yai khataman 2 hari sekali..
-: “Alhamdulilah nak”, sambil menitikkan air mata dia berkata, “Waktu muda dulu saya khataman setiap hari, sekarang sudah tidak bisa lagi, sudah tua, suka cepat lelah..” .
Dan hatiku seolah ditampar.
.
+: Ada kiat-kiatnya gak yai biar Hafalannya bisa sekuat hafalan yai..?
-: Kan jelas nak nasihat Imam Waki' kepada Imam Syafi’i. Intinya tinggalkan maksiat. Maksiat dan Al-Qur’an bagai minyak dan air, tidak akan menyatu dalam hati seorang mukmin.
Kemudian saya menerjemahkan percakapan itu kepada Syaikh Asyraf (duduk disebelah kiri) dan kawan-kawan i’tikaf. Semuanya terdiam dan menitikkan airmata sambil mengucap, “Astagfirullah, astagfirullah… "
Catatan:
Bagian yang paling berkesan dari kisah di atas adalah penuturan beliau tentang istrinya yang membantunya menghafal Al-Qur’an. Berapa banyak istri seperti beliau. Hal ini mengingatkan saya pada kisah Imam Al-Kaasaani yang juga menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya dibawah bimbingan sang istri.
Semoga Allah memperbanyak wanita-wanita seperti mereka.
Dan semoga Allah mengaruniakan kepada para ikhwan istri sholehah yang selalu membantu suaminya untuk taat kepada Allah.
Amiin
Yang sudah nikah jangan lupa rajin setoran hafalan Al-Qur’an yaa.. Dan bagi yang belum nikah segera cari tempat setoran. #marhabansyawwal
Makkah 26 Ramadhan 1438 H