Tuhan tidak akan membiarkan hamba-Nya menderita di jalan kebenaran. Cepat atau lambat pertolongan Tuhan pasti datang di waktu yang tepat.


Pada hari-hari hijrah terik matahari menggila. Masih setengah perjalanan menuju Madinah tapi perbekalan semakin menipis.

Beruntung mereka melewati sebuah kemah yang ditinggali wanita tua, namanya Ummu ma’bad. Dia biasa menjamu para musafir yang melewati perkemahannya. Kafilah nabi singgah di kemah itu untuk membeli daging dan kurma. Namun Ummu ma’bad menjawab tidak ada daging dan kurma yang bisa ia berikan.

“Tahun ini paceklik mencekik sekali, tak ada yang bisa kami berikan meski sebiji kurma. Demi Allah, andai kami memiliki persediaan makanan, tentu sudah kusediakan untuk kalian. Saat ini, kambing-kambing kami tak ada yang bisa diandalkan.” Ucap Ummu ma’bad dengan wajah yang sedih.

Tiba-tiba terlihat oleh Nabi seekor kibas di samping kemah. Tubuhnya kerempeng. Tatapan matanya kosong “Kibas ini kenapa wahai Ummu Ma’bad?”
“Itu kibas kami yang ketinggalan dari kambing-kambing lain karena kelelahan.
Tubuhnya lemah tak kuat berjalan.”

“Apakah ia masih mengeluarkan susu?”
Ummu Ma’bad menjawab “kalau ia beranak, mungkin akan ada air susunya meskipun sedikit. Sayang sekali, kibas itu mandul.”
“Boleh kuperah kibas ini wahai Ummu Ma’bad?

Ummu Ma’bad mengira lawan bicaranya tak mendengar ucapannya. Hampir saja ia melontarkan kata-kata yang tak patut diucapkan pada orang asing yang sama sekali tak pernah ia kenal. Tetapi, mulutnya terkunci oleh kewibawaan Nabi. Lalu, dengan terbata-bata ia berkata “Demi ayahku, engkau dan ibuku, kalau memang kau lihat ada susunya, perahlah!”

Nabi lalu mengusap kantong susunya, ia menyebut asma Allah, kemudian melafalkan do’a do’a dengan lirih. Tiba-tiba dua kaki kibas tadi merengang. Kedua matanya berbinar. Susunya mengencang penuh siap untuk diperah.

Nabi lalu mengusap kantong susunya, ia menyebut asma Allah, kemudian melafalkan do’a do’a dengan lirih. Tiba-tiba dua kaki kibas tadi merengang. Kedua matanya berbinar. Susunya mengencang penuh siap untuk diperah.

Nabi meminta wadah. Ummu Ma’bad memberinya beliau wadah yang besar. Kibas diperah. Susunya mengucur tumpah. Wadah besar itupun penuh hingga busanya membuncah-buncah.

Bersambung..