“Mereka melakukan makar (tipu daya), dan Allah membalas makar (tipu daya) mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya Pembalas makar (tipu daya)."

(Ali Imaran: 54)


Sore sebelum penyergapan, nabi mempersiapkan segala perbekalan hijrah. Ali bin Abi Thalib diminta untuk tinggal di Makkah menjaga barang-barang yang dititipkan kepada beliau di rumah.

Malampun tiba, para pemuda yang bertugas membunuh Nabi sudah berjaga-jaga bahkan memagari rumah Nabi dengan pagar betis.

Mukjizatpun terjadi, meski telah di pagar betis Nabi keluar dari rumah dengan leluasa sambil membaca potongan surat Yasin dari awal surah hingga ayat ke 9, lalu ia melemparkan debu ke arah para pemuda yang berjaga-jaga itu dan meninggalkan mereka.

Dari luar para pemuda melihat seseorang yang mengenakan selimut hijau. Mereka masih mengira Nabi sedang tidur berbalut selimut yang dibawa dari Hadramaut, para pemuda itu terus menunggu. Namun situasi berubah menjadi kacau ketika fajar tiba, mereka menyadari pemakai selimut itu bukan Muhammad, tetapi Ali.

Sebagai catatan, Nabi dan Abu Bakar tidak melalui rute sebagaimana pada umumnya dipakai para pedagang Makkah. Malam itu mereka memutar ke arah selatan menuju gua di Gunung Tsur. Amir bin Fuhayra, penggembala domba-domba Abu Bakar mengikuti keduanya dari belakang bersama gembalaannya untuk menyamarkan jejak.

Nabi dan Abu Bakar menginap selama 3 hari di gua Tsur. Putra-putri Abu Bakar melayani keperluan mereka selama di gua. Asma membawakan makanan sementara Abdullah bertugas sebagai informan.

Pada malam hari Abdullah bersama mereka di gua, menjelang fajar Abdullah kembali ke Makkah dan membaur dengan masyarakat Makkah untuk mencari informasi seputar siasat yang akan ditempuh oleh orang Quraisy untuk mendapatkan Muhammad hidup atau mati.

Bersambung..