Barulah tadi malam, dalam suasana hangat seusai makan malam, ia tertegun melihat tawa riang putra-putrinya di ruang keluarga, bercanda ria tanpa beban. Sejenak ia tertunduk muram, ia sadar bahwa nafkah yang ia berikan kepada mereka selama ini tidak halal. Uang panas itu mengalir lancar ke dalam rekeningnya. Banyak proposal proyek-proyek idak sah yang ia kabulkan. Sejenak ia termenung, menyesal dan mengikrarkan dalam hati untuk meninggalkan semua yang telah ia perbuat.

Namun lihatlah hari ini, ia tak kuasa untuk tidak membubuhkan tanda tangannya di atas lembaran-lembaran itu. Ikrar yang baru berumur semalam itu, ia hempaskan tanpa ragu.

Manusia Memang Begitu, Kawan.

Barulah kemarin ia duduk menangis di ruangan kamarnya. Batinnya merana atas dosa-dosa yang telah ia lakoni. Ia tercerahkan setelah mendengarkan nasehat seorang Ustadz muda dalam sebuah kajian. Ia terpukau dengan penjelasan itu, dan merasa betapa sempitnya dunia ini baginya. Kemudian ia membulatkan azam(tekad) dalam hati untuk meninggalkan dosa-dosa itu.

Namun lihatlah hari ini, ia kembali kepada kehidupannya yang lama. Azam yang telah ia bulatkn itupun kini hancur berkeping-keping tak bersisa.

Manusia Memang Begitu, Kawan.

Barulah beberapa hari lalu ia menyesal telah melalaikan banyak waktu sehingga banyak tugas yang terbengkalai. Ia merasa begitu banyak target-target hidup yang tak terwujud karena tidak menghargai waktu. Dan ia sadar bahwa kehidupan SMAnya bukanlah untuk hura-hura. Lalu ia kemudian berjanji akan lebih memanfaatkan waktu, merubah secara total pola hidupnya yang tak beraturan.

Namun lihatlah hari ini, ia kembali hanyut tenggelam dalam kelalaian yang sama. Penyesalan itu telah menguap tanpa sisa.

Manusia Memang Begitu, Kawan.

Barulah beberapa malam yang lalu, di tengah senyapnya malam, ia mendapati istrinya tertidur di ruang tamu. Ia pandangi lekat-lekat wajah sendu istrinya, wajah yang lelah menanti kedatangan suami tercinta. Seketika itu air matanya meleleh. Ada bongkahan pahit yang tersangkut di tenggorokannya. Sudah sebulan ini ia menjalin hubungan terlarang dengan asisten pribadinya. Malam demi malam ia habiskan bersama wanita yang tidak halal baginya. Dan di malam itu, ia mengambil keputusan, palu itu sudah ia ketuk di dalam hati, keputusan itu sudah mantap, ia tidak akan berselingkuh lagi.

Namun lihatlah hari ini, ia kembali ke kubangan lama. Kaputusan mantap itu telah ia injak-injak dengan kakinya sendiri.

Manusia Memang Begitu, Kawan.

Bila tekad untuk berhijrah telah kuat, maka mantapkan azammu, tutup semua pintu yang akan membawamu ke masa lalu. Katakan pada diri, kuingin terlahir sebagai manusia yang baru.

Selamat berhijrah.