Seperti biasa, setiap kamis pagi ba’da subuh Syaikh Prof.DR. Abdurrazzaq Al-Badr memberikan kuliah umum di maskam Ibnu Baz UIM KSA. Dalam salah satu kuliahnya beliau pernah mengatakan,
“di antara manusia ada yang menjadi penunjuk pada jalan hidayah dan ada yang menjadi pemandu di jalan hidayah. Orang yang pertama adalah mereka yang hanya mengajarkan manusia tentang jalan hidayah, adapun orang yang kedua adalah mereka yang merangkul manusia bersama menapaki jalan hidayah. Maka jangan hanya jadi penunjuk jalan saja, tapi berjalanlah bersama meniti jalan hidayah.”
Hingga kini…. kalimat yang singkat itu seolah terus terngiang ditelinga kami, menerobos masuk ke dalam relung hati yang paling dalam. Nasehat itu sebagai pengingat bagi para da’i agar tidak hanya sekedar menunjukkan jalan pulang kepada mereka yang ingin kembali ke pangkuan hidayah. Tapi harus menjadi pemandu yang mau memapah jiwa-jiwa yang letih karena masa lalu di atas jalan hidayah.
Menjadi qudwah, menjadi uswah, menjadi penerjemah islam yang baik, sebagai cermin bagi mereka yang akan meniti jalan yang sama.
Terkadang manusia merindukanmu bukan karena ucapanmu, tapi karena keteladananmu. Syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar As-Syinqity pernah mengatakan, ” Banyak di antara manusia yang tidak mampu berbicara walau sepatah dua patah kata dihadapan orang banyak (tidak pandai ceramah). Namun perilakunya mampu menginspirasi banyak orang kembali ke jalan Allah, orang seperti ini bahkan diamnya adalah dakwah, maka jadilah orang itu”
Iya… INI MURNI SOAL KETELADANAN…
Tentu akan sangat berbeda antara orang yang mengatakan “Akhi itu jalan menuju masjid” dengan orang yang mengatakan “Akhi mari saya antar ke masjid atau Akhi mari sama-sama kita ke masjid”.
ACT El-Gharantaly